1 Jan 2012

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL)

Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar yang terletak di dua Provinsi di Indonesia yaitu : Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3.404 meter di atas permukaan laut di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pada tahun 2004, Taman Nasional Gunung Leuser diterima ke daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra .
Sebelum periode 1980-an, sebagian besar masyarakat Aceh tidak akan melakukan penebangan pohon-pohon besar tanpa terlebih dahulu melakukan suatu upacara adat. Pembukaan hutan di Aceh untuk konsesi telah menghilangkan hal tabu dari masyarakat tradisional dan telah mengurangi semangat perlindungan hutan di masyarakat yang tinggal dekat hutan. Masyarakat akhirnya ikut bergabung dalam penebangan kayu itu sendiri dan selama masa ini, mereka meninggalkan tanah pertanian dan sawah-sawah mereka dan memandang rendah pada orang-orang yang masih melakukan cara-cara tradisional seperti hal di atas. Hal ini mengancam struktur tradisional masyarakat lokal. Kemunculan penebangan liar telah membuat kontrol seni, kerajinan, keterampilan bangunan tradisional dan norma-norma adat menurun tajam.
Pada awal tahun 1980, praktek memancing ikan yang destruktif diperkenalkan. Sungai diracuni dengan pestisida untuk mendapatkan ikan (yang awalnya sangat banyak di Leuser) dengan mudah. Hal ini mengakibatkan kerusakan ekosistem sungai yang serius di daerah-daerah tersebut dan telah membahayakan kemungkinan regenerasi.
Pada tahun 1987 hutan di dalam Ekosistem Leuser dibuka untuk penebangan komersial. Jalan-jalan yang dibangun untuk memungkinkan akses untuk sumber daya lain seperti rotan, damar, dan satwa liar. Muncul gelombang ekstraksi komoditas tersebut secara tidak berkelanjutan yang mengarah kepada kepunahan spesies rotan yang paling penting Calamus manna (sejenis rotan berdiamer besar) dan kepunahan Siamang. Akses yang mudah terhadap produk hutan yang disebut diatas dan aktifitas penebangan (termasuk penebangan liar) mengakibatkan hutan terdegradasi yang akhirnya sering dikonversi menjadi lahan pertanian (baik untuk perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet).
Bentuk-bentuk eksploitasi ini tidak dapat berlangsung secara berkelanjutan di Leuser. Sebagian besar dataran rendah telah terdegradasi karena penebangan kayu. Penangkapan ikan sungai yang mudah telah mustahil dilakukan dan kemampuan Ekosistem Leuser untuk memberikan dukungan ekologis dalam pembangunan yang berkelanjutan telah terancam.
Dengan berbagai habitat flora dan fauna yang ada, TNGL terbukti berperan dalam pelestarian keanekaragaman hayati. TNGL dianggap sebagai salah satu tempat yang terkaya keanekaragaman hayatinya di Asia Tenggara. Sebagian besar jenis satwa langka dapat ditemukan di hutan dataran rendah. KEL bukan hanya sebagai habitat Gajah Sumatera (elephas maximus), Orangutan (pongo pygmaeus), Harimau Sumatera (panthera tigris sumatraensis), Badak Sumatera (dicherorinus sumatraensis) dan beberapa jenis burung seperti Argus pheasant saja, namun juga merupakan rumah bagi pohon-pohon Keruing yang banyak digunakan dalam industri kayu dan saat ini telah menjadi langka.

1 komentar: