12 Jun 2012

Kiwi, Si Burung Unik

BURUNG KIWI




Kiwi juga termasuk dalam salah satu spesies Ratitae , yaitu spesies burung yang tergolong belum sempurna atau tidak bisa terbang, tidak memiliki pygostyle, dan tidak ada keel. Hewan yang tergolong spesies ini  termasuk burung unta, rhea, kasuari dan emu. Hewan unik ini hanya terdapat di Selandia Baru. Kiwi menempati hutan-hutan belantara di Selandia Baru sebagai habitat aslinya, walaupun begitu kiwi juga hidup di padang rumput dan semak-semak yang lebat.
Kiwi dapat tumbuh hingga seukuran ayam dan beratnya dapat mencapai sembilan kilogram. Mereka tidak memiliki ekor, hanya sepasang sayap kecil sekitar dua inci yang praktis tidak berguna. Meskipun ukurannya yang kecil dan penampilannya yang aneh, kiwi dapat berlari lebih cepat dari manusia dan telah berhasil bertahan dalam alam liar karena kewaspadaan dan kecepatannya, dan juga ketangkasan. Kiwi merupakan salah satu burung purba yang hampir punah saat ini.
Karena indra penglihatan mereka sangat buruk, jadi kiwi mengandalkan indra penciuman dan pendengaran mereka yang sangat baik untuk mencari makan. Jadi kiwi hanya mencari makan saat malam hari, sedangkan saat siang hari kiwi hanya berada dalam liang sarang untuk tidur. Mereka hanya keluar setelah matahari terbenam.
Kiwi hidup secara berpasangan dan mereka berkomunikasi melalui suara yang menakjubkan. Musim kawin kiwi biasanya terjadi pada akhir musim panas hingga awal musim dingin. Mereka besarang pada log-log berongga di bawah pohon, atau di lubang yang digali oleh kiwi jantan. Kiwi betina hanya dapat bertelur sebanyak dua telur saja dalam setahun.Uniknya telur tidak dieramkan oleh kiwi betina, tetapi dieramkan oleh kiwi jantan.

Cephalotus Follicularis


 Cephalotus Follicularis ditemukan pertama kali pada tahun 1791 saat ekspedisi ke Selatan Australia Barat oleh ahli tanaman Menzies Archibald. Tidak sampai 15 tahun kemudian yaitu pada tahun 1804 tanaman tersebut dinamai Labillardiere oleh ahli tanaman Jacques J.H. de Labillardière yang ikut dalam French expedition 1800-1806 dipimpin oleh Nicolas Boudin. Saat perjalanan pulang, tim ekspedisi ini memutuskan untuk singgah di pulau  Jawa di mana Kapten Boudin meninggal dan kapalnya ditangkap oleh armada Inggris bersama dengan koleksi spesimen hasil ekspedisi mereka. Meskipun spesimen  tersebut merupakan hasil dari rampasan perang, akhirnya spesimen ini dikembalikan ke Perancis yang akhirnya dipublikasi ke publik.
Tanaman karnivora ini tumbuh secara alami di rawa-rawa gambut Australia Barat Daya dekat Albany. Tumbuh di sepanjang pinggiran lahan basah air tawar, selokan, dan sungai dengan arus lambat dimana banyak terdapat tanah gambut lembab. Tanaman ini memiliki daun-daun yang datar seperti kebanyakan tanaman, serta beberapa daun yang memiliki bentuk seperti kantung dan mampu menangkap serangga. Di siang hari daun yang tidak berbentuk seperti perangkap akan berfungsi normal yaitu menghasilkan fotosintesisCephalotus hampir serupa dengan Nepenthes, Cephalotus melekatkan kantungnya di bagian belakang batang-batangnya, sedangkan di kantung Nepenthes  menempel di dasar. Dan pada  umumnya ukuran Cephalotus lebih kecil, kebanyakan sekitar 3 cm dengan pertumbuhan maksimum hanya mencapai 6 cm saja, kecuali di beberapa varietas yang budidayakan.
Saat kantung sudah mulai membesar, tutup katung terbuka dan mengeksposnya hingga penuh dengan cairan pencernaan. Batang di luar kantung yang dihiasi dengan kelenjar nektar mampu menarik perhatian serangga-serangga kecil seperti semut, dan membujuk mereka menuju perangkap yang terbuka. Tutup kantung mungkin akan tertutup jika keadaan disekitarnya mulai kering, sehingga melindungi kantung dari kehilangan banyak cairan pencernaannya. Cephalotus memiliki bungan seukuran sepal dengan enam kelopak dan enam benang sari. Keenam kelopak tersebut berada di bawah. Bunga-bunga Cephalotus pada kenyataannya hampir mirip dengan bunga-bunga dari kerabat saxifrage. Namun para ilmuan telah mempunyai bukti yang mengungkapkan bahwa Cephalotus berbeda dengan spesimen saxifrage.
Kantung Cephalotus adalah suatu perangkap yang bagus, lihat saja pada bagian kantungnya, mulai dari bagian atas. Di bagian atas terdapat sepotong daun yang berfungsi sebagai penutupnya. Kemudian tidak jauh di bawah penutup, terdapat mulut ungu kemerahan yang sangat menarik. Mulut ini tidak hanya memiliki permukaan licin, tetapi juga mempunyai gigi-gigi kecil yang melengkung , sehingga serangga cenderung memilih untuk menuju ke kantung bukan melarikan diri darinya. Di bawah permukaan kantung juga terdapat bagian untuk menjaga agar serangga tetap didalam. Permukaan kantung yang berwarna ungu dan keputihan yang licin juga mempersulit serangga untuk mendaki sehingga akhirnya akan jatuh ke dasar kantung yang mengandung cairan asam yang akan mencernanya.
Tanaman karnivora ini kini banyak dibudidayakan, mengingat banyaknya penggemar tumbuh-tumbuhan yang ingin mengoleksinya. Kesulitan dalam merawat tanaman yang rentan ini merupakan tantangan tersendiri dari kalangan kolektor. Bahkan saat ini telah banyak jenis tanaman ini yang merupakan hasil kawin silang antara tanaman dengan spesies sejenis hingga membuatnya lebih beragam dalam bentuk maupun ukuran.